Senin, 22 Desember 2014

Sentuhan Konservasi Pohon Langka di Hardysland Bali

GoHitzz.com, Bali, - Lahir dan besar di Bali, membawa Ir. Gede Agus Hardyawan begitu lekat dengan budaya dan lingkungan di Pulau Dewata. Salah satunya, pengusaha yang akrab dipanggil Gede Hardy ini resah dengan keberadaan pohon pule dan jepun (kamboja Bali) yang kian langka. Alasan itulah yang membawa Gede Hardy akhirnya melakukan konservasi di Hardysland, lini bisnisnya yang bergerak dalam bidang properti.

Pule dan Jepun Kental dengan Adat-istiadat Bali
Menurut suami dari Ketut Rukmini, SP, kedua pohon itu akrab digunakan oleh masyarakat Bali. “Pohon pule itu dianggap sakral. Biasanya, pule itu menjadi bahan dasar pembuatan topeng suci di Bali. Begitu juga dengan Jepun, yang digunakan dalam acara keagamaan di Bali. Sayang, pohon pule mulai langka dan banyak pohon jepun Bali diekspor ke luar negeri. Bahkan, ada pula jepun di pekuburan pun juga dieskpor,” jelas pria kelahiran 27 Mei 1972 ini.

Ide Konservasi Pohon Langka
Gede Hardy yang masa kecilnya dihabiskan di Desa Penyaringan, Mendoya, Jembrana Bali ini, sudah mengoleksi kedua pohon langka di rumahnya. “Sudah tidak cukup lagi ditanam di rumah, sehingga memang  perlu yang lebih luas lagi. Saya terinspirasi untuk menanam pohon-pohon langka di Hardysland,” jelasnya saat ditemui di Marketing Gallery Hardysland di Denpasar, Bali.
Rencananya, sambung Gede Hardy, di lahan seluas 180 hektar , yakni Nusa Dua, Canggu, dan Gianyar, akan dibangun 10.000 villa dan disertai penanaman 10.120 jepun. “Kalau jalan di perumahan itu rata-rata itu lebarnya 6-7 meter, kami akan bangun dengan lebar 11 meter. Sebab di antara bahu jalan itu akan ditanam pepohonan langka dan tanaman lainnya. Selain itu, di setiap teras rumah juga akan ditanam jepun,” tandasnya.

Tantangan Bangun Properti di Bukit Kapur
Benar saja, begitu tiba di lokasi Hardysland Nusadua Hill di Nusadua, Badung, Bali, memang terdapat pohon pule berukuran besar yang usianya sudah ratusan tahun. Lalu, ada pula di sisi-sisi jalan tanaman lain berupa jepun, jambu, dan lain sebagainya.
Lokasi Hardysland Nusadua ini terbilang strategis sebab tidak jauh dari Bandara internasional  I Gusti Ngurah Rai. Selain itu, konsumen dapat melihat laut lepas dari atas bukit.
Ternyata, mendirikan resorts dan villas di kawasan bukit kapur ini juga memiliki tantangan tersendiri. “Memang bukit kapur ini agak sulit memeroleh air. Tapi, kami menyiasatinya dengan menggunakan deep well yang kedalamannya mencapai 200 meter, sehingga konsumen tak usah kuatir soal pasokan air,” ujar Gede Hardy.

Dilirik Artis Ternama
Melihat potensi luar biasa dari properti Handysland, rupanya mengunggah pasangan istri-suami Nagita Slivina (Gigi) dan Raffi Ahmad untuk berinventasi di properti.
“Saya sering banget ke Bali, Saya ingin cari second home dan berada di daerah yang bagus dan saya suka Handysland, “ ujar Gigi saat ditemui di Mal Bali Galleria.
Raffi Ahmad setuju dengan pendapat istrinya, Gigi. “Saya bangga dengan orang lokal, benar-benar asli orang Bali, tapi bisa mengembangkan properti sehebat ini. Properti ini bisa jadi investasi,” ujar Raffi.
Hardysland memiliki properti di lokasi strategis. Sebut saja, Hardysland Nusadua Hill di Nusa Dua, Badung, Bali; Hardysland Villas di Siyut, Gianyar, Bali; Hardysland Villas di Canggu, Badung, Bali; Hardysland Timbarwana Villas di Civic Center, Negara, Bali; Hardysland Villas di Pendem, Negara, Bali; Hardysland River Side Villas, Kutuh, Tabanan, Bali; dan Hardysland Villas, Loang Baloq, Mataram, NTB.

sumber: gohitzz.com

 

Senin, 01 September 2014

Keren! Ada Variasi Bir


@Aryeenmita, Jakarta, - Bir…bir…bir…Ya! Minuman ini memang populer di telinga kita. Ternyata, minuman ini, mengutip dari wikipedia, sudah ada sejak 5000 SM dan telah tercatat di sejarah tertulis Mesir Kuno dan Mesopotamia. Ih, Keren!

Kala itu, @Aryeenmita diajak menemukan “Hidden Gems” salah satu merek ternama Bir. Dan memang perjalanan ini benar-benar buta. Kami sengaja diajak bepergian dengan bus yang jendelanya ditutup poster.

Akhirnya, kami sampai juga di sebuah tempat hangout bernama Salihara. Di sana, kami dimanjakan dengan suguhan  tak biasa. Boleh dibilang unik. Ada aneka camilan tradisional  dan tentu saja  ada suguhan bir.

Cerita soal bir, ada dua jenis bir yang disediakan. Ada Tasty New York, bir Heineken dengan yang dipadu dengan lemon, tequila, dan apel. Benar-benar segar di lidah. Atau pilihan lainnya, Glorious Jakarta, bir dengan sentuhan jahe, jeruk, daun jeruk, dan garnish berupa mentium dan salmon segar.


Kembali soal “hidden gems” Menurut Jessica Setiawan, Marketing Manager Heineken, sebenarnya ini juga dipicu dari fenomena FOMO (Fear of Missing Out), kini menjangkiti kaum urban, yang selalu berada dalam tren tersebut.

Karena itu, sambung Jessica, Heineken dengan tagline “Open Your City” berusaha kembali merekomendasi tempat-tempat hangout  dari para konsumen.
“Cukup masukkan kode unik yang ada dibalik tutup botol. Mampir ke website www.heineken.com/openyourcity dan jawab pertanyaan seputar ‘Open Your City,” ujar Jessica.

Lagi ujarnya, konsumen Heineken juga dapat mengaktifkan fitur geotag melalui Twitter @WhereNext.

Tentu saja, kalau semakin Anda rajin merekomendasikan tempat-tempat hangout “hidden gems” akan diberikan ganjaran. “Akan ada hadiah perjalanan ke New York yang spesial. Pemenang akan diajak berpetualang di ‘hidden gems’ di sana,” ujar Jessica.

Menariknya, kali ini botol Heineken juga mencantumkan kota Jakarta. “Botol-botol special edition ‘city edition’ ini hanya berlaku empat bulan saja, dari Agustus hingga November. Ini artinya, Jakarta itu bagian dari kota-kota terpilih dari Heineken, seperti London, Rio de Jainero, Amsterdam, Shanghai, dan New York,” imbuhnya.



Minggu, 10 Agustus 2014

“Miracle” Itu Nyata…



@Aryeenmita, Bogor, - Baru kali ini, saya tersadar bahwa “Miracle” itu memang benar adanya dan nyata. Bukan hanya di kisah dongeng Princess belaka, yang selalu ada bantuan dari para peri mungil dan berakhir bahagia dengan seorang pangeran ganteng. 

Entah bagaimana memulai kisahya. Tapi, nyatanya kisah pertemuan kami, saya dan suami seperti dongeng. Jujur, saya sempat berpikir, apakah ini pengaruh dari novel yang saya baca. Ugh, entahlah…

Tapi, ini bukan dongeng romantis lho, tapi aneh…hahaha.

Bayangkan sejak SMP, dia itu musuh bebuyut saya. Pelit catatan, duh amit-amit deh. Malah ada cerita, ketika saya hanya menanyakan clue dari jawaban Biologi (saat ulangan sih, tapi asli kepepet. Jujur, bukan tipe nyontek, cuma nanya kata depan aja), eh, dia justru buang muka. Ih , kesel setengah mati. Padahal, saya ini sering banget bagikan contekan ke teman-teman yang kepepet enggak bisa jawab. Ya, tapi beneran sejak saat itu, bete banget.

Tapi, anehnya, dia seringkali ketahuan suka diam-diam memerhatikan saya. Ih, sori ya, enggak mau eke….hahaha.

Berlanjut ke SMA yang berbeda, tentu saja  kami tidak pernah bertemu. Tapi, ya kok dia sempat-sempatnya titip surat ke sahabat SMA saya. Sudah tahu saya bersekolah  di sekolah homogen, yang isinya perempuan semua. Ya, sudah tentu saya jadi bahan olokan. Ih, jadi makin bete. Tapi, ya mau gimana lagi.

Begitu masuk kuliah, dia nanya lagi jurusan dan kampus dimana. Ih, nyebelin. Kepo deh. Tapi, ya diterima aja. Wong, enggak masuk ‘hitungan’.

Setelah semuanya itu, kami lost in contact. Ya, kurang lebih hampir 10 tahun, akhirnya kami dipertemukan lagi. Tapi, lewat Friendster (skrg sudah wafat) dia coba mencari saya. Tapi, lagi-lagi saya cuek aja, ya udah di-add saja.

Tapi, entahlah perjalanan  cinta saya ini super duper complicated , sampai bikin Mama saya bingung, maunya saya itu apa… (maklum, bukan tipe rumahan).
Ya, saya enggak sampe hati menceritakan betapa ‘menderitanya’ saya harus menghadapi semuanya kala itu. Tapi, Tuhan memang punya cara berbeda. Ya, Dia menunjukkan bagaimana “Miracle” itu sungguh nyata.

Mungkin buat saya, dia (suami) tidak termasuk “hitungan”, tapi justru Tuhan  memberikannya untuk saya dengan cara yang unik.

Memang, dia hanya seseorang yang sederhana, tutur katanya, perilakunya. Malah, bisa dibilang saya harus belajar menerima pribadi yang kontras ini.

Tapi, begitu kami mengikatkan diri dalam tali pernikahan pada 07.08.09 di Yogyakarta, percaya atau tidak. Muncullah “Miracle-miracle” mungil yang kami peroleh.

Hingga kini, saya yakin “Miracle” sesungguhnya itu adalah Dia, kamu, dan si Kecil.
Ayo, kita jalani bersama semuanya!...

Jangan Cintai Aku Apa Adanya by Tulus

Jangan cintai aku
Apa adanya
Jangan

Tuntutlah sesuatu
Biar kita jalan
ke depan

Minggu, 03 Agustus 2014

Ingat-ingat Lagi Batu Caves



@Aryeenmita, Kuala Lumpur, – Lagi-lagi @Aryeenmita iseng-iseng buka laptop. Eh, kok ada ya foto-foto jalan-jalan pas dua tahun lalu. Ya, lumayan deh, coba ah diotak-atik, mungkin saja bisa jadi cerita…hahaha.


Sejujurnya, ini pertama kalinya @Aryeenmita mengunjungi bukit kapur. Dari kejauhan di bukit yang bernama Batu Caves ini sudah terlihat patung keemasan dengan tinggi 42,7 meter. Itulah patung Dewa Hindu yang bernama Dewa Murugan.

Tak hanya itu, di bawah kaki Dewa Murugan itu, puluhan burung merpati bebas beterbangan. Ah, mereka seakan mengucapkan selamat datang sebelum memasuki “Sang Penjaga” Batu Caves.

Puas “bermain” sejenak dengan burung-burung itu, @Aryeenmita bersama keluarga menatap ke atas. Wow! Ada ratusan anak tangga, yang mengantarkan yang berjumlah berjumlah 272 buah. Itulah penghubung yang mengantarkan @Aryeenmita menuju salah satu Gua utama dari tiga Gua di Batu Caves, yakni Gua Kuil.



Saat menuju Gua Kuil, bersiaplah bertemu dengan monyet berekor panjang yang menemani Anda menaiki anak tangga. Hmm…tapi, berhati-hatilah dengan aksinya, apalagi kalau Anda membawa makanan atau sedang mengemil makanan .

“Awww…” begitulah teriakan salah satu pengunjung yang sontak menarik perhatian. Ternyata, ada seekor monyet mencuri paksa biskuit, lalu dia tetap membuntuti pengunjung itu. Alhasil, pengunjung pun menyerahkan sebungkus biskuit tersebut.

Anehnya, tiba-tiba saja banyak monyet ‘turun’ dari persembunyian dan saling berebut makanan. Sayangnya, kalau mau mengambil potret monyet ini sedikit waspada sebab agak ‘galak’. Meski begitu, aksi ‘nakal’ nya ini sempat mengocok perut, sekaligus membuat bulu kuduk merinding.

Setelah berhasil mengalahkan 272 tangga, tibalah saatnya Anda pemandangan Gua utama ini dihiasi lukisan mengenai mitos epik India. Di sini pula, terlihat umat Hindu, khususnya dari India tengah khusuk berdoa. 

Namun, di satu sisi, @Aryeenmita agak terusik dengan aroma tak sedap dari gua. Ya, mungkin ini bau dari kotoran kelelawar yang berserakan, entah itu di dalam dinding gua, jalanan, hingga pegangan tangga.

Terlepas dari semuanya itu, bila Anda hendak datang ke Batu Caves, cobalah datang di bulan Februari. Sebab Anda dapat menyaksikan Festival Thaipusam, ritual agama Hindu dengan membawa wadah berisi susu kepada Dewa Murugan.

Jumat, 01 Agustus 2014

Eh, Kok Ada Website Tetangga? Jadi Malu …hehehe



@Aryeenmita, Bogor, - Sudah lama sih, si Tomi nanyain via chatting tentang resolusi tahun depan alias tahun 2014.

Tomi: “Mita, mau tahu dong resolusi ringan loe buat tahun depan?”

Aryeen: “Eh, iya apa ya? Lagi mikir nih..hehehe.”

Tomi: “Yang ringkas aja, asal bisa dilakuin.”

Aryeen: “Ya udah , gue pengin enggak panikan aja deh.”

Tomi: “Oke…thanks ya”

Hari ini, tumben penginnya kok saya browsing melulu ya. Eh, kok tahu-tahu ada resolusi saya yang ditanyain sama si Tomi. Eh, bole deh screenshot  dulu….wkwkwk. 

PS: Mulai berkurang panikannya…Amin…amin  *let’s positive thinking*

Jadi Pencicip Pertama Varian Baru Haagen-Dazs



@Aryeenmita, Jakarta, - Entah karena sangat terik ya hari ini, @Aryeenmita coba mengisahkan kembali pengalaman pertama makan es krim keluaran baru Haagen-Daaz.


Ya, waktu itu, @Aryeenmita berkesempatan datang ke gerai Haagen-Dazs di Pacific Place, SCBD, Jakarta.

Memang kala itu, Haagen-Dazs—yang telah berdiri sejak 1921—tengah   mengeluarkan varian baru. Dan kami dipersilakan mencicipinya terlebih dulu. 

Tahun ini, ice cream Haagen-Dazs  mengeluarkan tiga varian rasa. Sebut saja,  Caramel Biscuit  and Cream Carnival, Caramel Double Fantasy, dan Caramel Cookies Sensation.

Memang saat itu, @Aryeenmita menyaksikan Chef  Anwar, Chef Haagen-Dazs  yang memeragakan step by step pembuatan varian Caramel Biscuit and Cream Carnival.  @Aryeenmita pun memerhatikan dengan seksama.

Begitu  ditanya host, apa saja bahannya? @Aryeenmita dapat menjawabnya. Dan hadiahnya: menjadi orang pertama, pencicip ice cream Haagen-Dazs di Indonesia . Wah, senangnya!

Dibalik semua kebesaran brand luar negeri, apakah nantinya akan menyusul  es krim “rasa Indonesia” juga mendunia?

PS: Gerai Haagen-Dazs Pacific Place, Jakarta, Juni 2014